"Memperlakukan" Teknologi di era Teknologii

  Tulisan tentang konsep dan visi dalam berteknologi dan dampak penggunaannya. Mungkin orang lebih suka membahas: Apa yang terjadi "Gara-Gara Teknologi.." ? .Bukan semata pengaruh buruk teknologi yang dimunculkan, namun mari tinjau tentang bagaimana perubahan kecil menyeruak di zaman kita sekarang, oleh Prensky (2012) disebut "digital-native era", sebuah era yang bukan saja dipenuhi multikultural aspek dalam kehidupan sehingga ada yang dikenal native art (segala sesuatu tentang tindak asli) dan foreign art (asing), tapi juga cara kita berkomunikasi dalam balutan multi budaya lewat media digital.Media digital, biasa di sebut on line-offline term, techno, atau hi-tech pun memiliki peran yang tidak sedikit dalam usaha manusia memenuhi, menjawab tuntutan hidup sehari-hari. 

   Nanti dulu, sejak perubahan epistimologi dari alat bantu berkaitan dengan dunia sains saja pada awal 1800 an, teknologi telah berangsur menciptakan media yang bahkan sekarang memungkinkan diakses dengan item virtual, ke  perluasan kegunaan untuk semua hal partikular. Dapat menghemat waktu, tenaga, biaya serta praktis adalah faktor yang diungkapkan para pengguna untuk "bersenang-senang" dan tergiring pelan menuju ketergantungan. 

  Dapat berbahaya, karena barometer terendah dan terburuk dari hal ini adalah manusia tidak mau melakukan apa-apa tanpa adanya akses teknologi  sama sekali di lingungannya. Imbas ini dapat segera dicegah dengan pemakaian brainware, yakni manusia itu sendiri, dengan tangguh, jeli, dan benar dalam memperlakukan software dan hardware. Sebaiknya ada semacam saringan yang dibuat berdasarkan penguasaan teknologi informasi, nilai moral serta daya tepat-guna.

  Manusia bisa berdalih bahwa teknologi, contohnya media digital, dapat mempermudah urusan, semakin banyak teknologi dapat dipakai, semakin mudah pula jalan keluar dislesaikan dalam teknik menyibukkan diri. Pemikiran ini menimbulkan custom (pembiasaan), namun setiap kita bisa dengan logis melihat perubahan kecil yang penulis paparkan tadi di awal artikel. Tepatnya, sebuah indikasi haruslah ditempuh supaya target besar boleh dipenuhi. Kita sering lupa, indikasi yang biasa namun berulang dapat memiliki efek buruk terhadap tujuan yang ingin digapai.

  Orang menggunakan media digital untuk jejaring sosial, berinteraksi dengan dunia global. Singkatnya menambah banyak teman. Di sisi lain, ia tidak sadar juga telah membuat batas antara dia dengan orang lain karena lebih banyak berkomunikasi lewat Facebook (FB), misalnya dibanding dengan frekwensi tatap muka di kehidupan nyata sekalipun dengan teman kantor atau tetangga. Untuk keluarga atau kerabat jauh jauh, akan hilang rasa berusaha keras untuk bisa bertemu langsung. Silaturahmi hilang. Mendekatkan yang jauh, tapi pada waktu yang sama menjauhkan yang dekat.

  Intinya, perubahan yang dibawa semenjak abad 19 itu telah menyertakan juga fantasi canggih yang diimpikan semua orang. Objek pemenuhan kebutuhan lebih banyak dapat dijangkau, sekejap mata. Objek yang ingin di kembangkan tinggal butuh sebuah tuas, tombol, atau apapun agar membuatnya berkembang, pesat. Di luar batas kesadaran, dengan kata lain di dalam candu dunia maya, manusia telah mendepak hal kecil yang bisa jadi penyebab kebahagiaan besar hakiki dapat tercipta. Begitulah situasi menarik ini terjadi. Sebuah fenomena yang indah penulis kira, tanpa terlalu menunjukkan emosi yang berlebih dalam tulisan ini. Betapa tidak, anda "bersenang-senang" dengan fasilitas disebut teknologi ini, sedangkan konsekuensinya  jangan sampai menjadikan ini sebuah bahan "mainan" dengan kesenangan yang anda miliki, karena jika teknologi mendapat perlakuan seperti itu, maka boleh saja ia yang akan mempermainkan anda. Tetaplah tinggal dalam jalur pemanfaatan teknologi sebagai alat bantu. 

___Adin Harmain


Comments

Popular Posts