Kandas
by Adin Harmain
Hubungan. Periode peradaban telah membawa sosialita menyentuh ranah multilateral, secara studi dan ilmu penerapan disebut Hubungan Internasional. Menurut buku Rencana Strategi Pelaksanaan Politik Luar Negeri RI (Renstra), HUBUNGAN INTERNASIONAL (HI) adalah hubungan antar bangsa dalam segala aspeknya yang dilakukan oleh suatu negara untuk mencapai kepentingan nasional. Entah kali keberapa Indonesia sebagai negara yang “ikut melaksanakan ketertiban dunia” telah banyak bergerak, juga banyak dirugikan dalam relasi model begini. Hubungan yang parasit atau mutualis?.
Selayaknya hubungan interpersonal, HI telah membawa Indonesia
kita pada sudut pro-kontra. Masalah TKI lah, human trafficking, eksport
jagung, impor beras (??). Bahwa sebenarnya ada hubungan yang lanjut ada
pula kandas, negara kita telah lalai dalam mengadopsi HI ini antara lain
dalam hal kebudayaan;
a) Generasi muda sekarang lebih suka meniru gaya orang-orang
barat, misalnya trend mode berbusana. Anak muda zaman sekarang lebih
suka menggunakan barang-barang eksport dan berbusana yang minim-minim
sehingga menyebabkan kurangnya rasa cinta terhadap produk dalam negeri.
b) Munculnya sikap individualisme yang menimbulkan
ketidakpedulian antarperilaku sesama warga. Dengan adanya individualisme
maka orang tidak akan peduli dengan kehidupan bangsa.
c) Pergaulan masyarakat barat yang bebas mulai memengaruhi
budaya Indonesia yang sebelumya lebih beradab. Kebebasan yang kelewat
batas itu sebenarnya tidak cocok dengan nilai-nilai kebudayaan kita.
Misalnya saja free sex yang sekarang ini marak terjadi di Negara
kita. Padahal hal itu sangat bertentangan dengan kebudayaan kita yang
menjunjung tinggi norma kesusilaan.
d) Kurangnya rasa hormat tehadap orangtua dan tidak peduli
terhadap lingkungan juga merupakan dampak yang ditimbulkan dari
kebudayaan barat yang menganut kebebasan sehingga mereka bertindak
sesuka hatinya.
see???!!
Bukannya menceramahi, namun itulah satu hal menjadi sad ending
buat episode negara kita, yang kita saja yang dirugikan. Belum-belum,
tenaga kita di seberang jadi bulan-bulanan oknum ditempat dimana kita
anggap “aman” untuk SDA Indonesia yang katanya bermasalah pelik pada;
lifeskill, fasilitasi pemberdayaan, dan macam kekhawatiran lain. Poin
ini diperkeruh dengan kenyataan produk negara berkembang banyak masuk
kenegara maju. Globalisasi ekonomi menyebabkan hambatan perdagangan
antarnegara semakin berkurang. Produk negara berkembang seperti dari
Cina dan Taiwan banyak beredar dipasar negara Eropa sehingga konsumen
lebih banyak memiliki pilihan produk. Ada lagi: banyak pengusaha dari
negara maju yang menanamkan investasi di negara berkembang. Mereka
berusaha menghindari pajak tinggal di negaranya sendiri dan berusaha
untuk menghemat biaya produksi. Kita jadi tameng.
Semakin banyaklah duka yang tertinggal dari hubungan yang kandas ini. Sudah jatuh, tertimpa kandas pula (grrrr…). Tak ubahnya pantun;
Sudahlah makan tak berkuah
Nasi di meja terasa kurang
Sudahlah badan tak bertuah
Kekasih pula dilarikan orang
Tapi banyak juga, testimoni warga kita yang berhasil di luar sana. Namun menjaga negeri ini, lebih tepatnya "membangun"nya adalah visi setiap anak bangsa, seharusnya.


Comments
Post a Comment